IKATAN KIMIA

Kamis, 21 April 2011

IKATAN LOGAM

Ikatan macam apakah yang terdapat di antara atom-atom logam dalam kisi kristalnya? Ikatan ionis tidak mungkin terdapat di antara atom-atom logam, karena tidak mungkin pula terjadi perpindahan elektron dari satu atom logam ke atom yang sejenis. Ikatan kovalen juga tidak mungkin berbentuk, karena dalam kristal logam, ternyata sebuah atom dikelilingi oleh 8 atau 12 atom yang lain, sedangkan valensi elektron dari logam-logam adalah 1, 2, 3 atau 4.

IKATAN KOVALEN POLAR


Suatu ikatan kovalen disebut polar, jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1 atom.Ikatan kovalen polar atau ikatan polar dimana elektron-elektron menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berada di dekat salah satu atom.
contohnya pada HF :
Meskipun atom H dan F sama-sama menarik pasangan elektron, tetapi keelektronegatifan F lebih besar daripada atom H. Akibatnya atom F menarik pasangan elektron ikatan (PEI) lebih kuat daripada atom H sehingga letak PEI lebih dekat ke arah F (akibatnya terjadi semacam kutub dalam molekul HF).
Jadi, kepolaran suatu ikatan kovalen disebabkan oleh adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom-atom yang berikatan.
Contoh lain yang merupakan ikatan kovalen polar yaitu H2O dan HBr.

IKATAN KOVALEN NON POLAR


Suatu ikatan kovalen dikatakan non polar (tidak berkutub), jika PEI (pasangan elektron ikatan) tertarik sama kuat ke semua atom.
Dalam tiap molekul di atas, ke-2 atom yang berikatan menarik PEI sama kuat karena atom-atom dari unsur sejenis mempunyai harga keelektronegatifan yang sama. Akibatnya muatan dari elektron tersebar secara merata sehingga tidak terbentuk kutub.
Contoh lain pada CH4 :
Meskipun atom-atom penyusun CH4  tidak sejenis, akan tetapi pasangan elektron tersebar secara simetris diantara atom-atom penyusun senyawa, sehingga PEI tertarik sama kuat ke semua atom (tidak terbentuk kutub).

IKATAN KOVALEN

Ikatan atomik (ikatan kovalen) ini terjadi oleh penggunaan bersama sejumlah elektron oleh kedua inti. Tipe ikatan ini sangat dominan jika atom-atom mendekati konfigurasi gasa mulia dan jika perbedaan elektronegatif antara dua atom tidak terlalu besar.
misalnya : H2, CH4, Cl2, N2, C6H6, HCl dan sebagainya.
Beberapa atom dapat memperoleh konfigurasi electron yang stabil dengan saling meminjamkan elektronnya. Dengan saling meminjamkan electron ini atom-atom akan memperoleh susunan electron yang stabil tanpa menyebabkannya menjadi bermuatan. Elektron ini masih mempunyai ikatan dengan atom asalnya, tetapi juga sudah terikat dengan atom yang meminjamnya, misalnya Ikatan kovalen dari chloride.
Para ilmuwan yang mempelajari ikatan antara atom menghadapi situasi yang sangat menarik. Sementara sebagian atom saling bertukar elektron agar ikatan terjadi, beberapa dari mereka justru saling berbagi elektron pada kulit terluarnya. Penelitian lebih jauh mengungkap bahwa banyak molekul yang memegang peranan kritis dalam kehidupan ada berkat ikatan kovalen ini.
Mari kita tinjau sebuah contoh sederhana untuk menjelaskan ikatan-ikatan kovalen ini dengan lebih baik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai kulit-kulit elektron, atom dapat membawa maksimal dua elektron pada kulit paling dalam. Atom hidrogen mempunyai elektron tunggal dan ia memiliki kecenderungan untuk melengkapkan jumlah elektronnya menjadi dua supaya stabil. Untuk itu, atom hidrogen membentuk ikatan kovalen dengan atom hidrogen lainnya. Jadi, kedua atom hidrogen berbagi elektron tunggal masing-masing sebagai elektron kedua. Maka terbentuklah molekul H2.
Pada ikatan kovalen, dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang, atau tiga pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan.Ada 3 jenis ikatan kovalen,yaitu:
1. Ikatan kovalen tunggal
2. Ikatan kovalen rangkap dua
3. Ikatan kovalen rangkap tiga
Referensi:
Anonim. ... .Covalent bond hydrogen. [online]. Tersedia: http://upload.wikimedia.org [24 September 2008]

SIFAT SENYAWA IONIK

1.Struktur/susunan kristal
Dalam keadaan padat, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal dengan susunan tertentu. Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada senyawa ion dapat memberi petunjuk mengenai susunan internal dari kristal ion tersebut. Misalnya pada kristal NaCl dapat diketahui bahwa setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl-, dan setiap ion Cl- juga dikelilingi oleh 6 ion Na+.
2. Isomorf
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama lain seperti NaCl dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang disebut isomorf. Di samping itu terdapat pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai susunan kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat dijelaskan dengan meninjau konfigurasi elektron ion-ion penyusun kristal tersebut.
3. Daya hantar listrik
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionis dapat menghantarkan arus listrik.

Pada table 1.1 dapat dilihat daya hantar berbagai senyawa klorida dalam keadaan  cair (meleleh) pada suhu titik lelehnya.
4. Titik leleh dan titik didih
Ion positif dan ion negative pada senyawa ionis, terikat satu sama lain oleh gaya elektrostatis yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion tersebut baik yang terdapat dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan energy yang cukup besar, yang mengakibatkan titik leleh dan titik didih senyawa ionis juga tinggi.
Pada table 1.2 dapat dilihat titik didih berbagai senyawa klorida.
5. Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionis larut dalam pelarut yang mengandung gugs OH- seperti H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen larut dalam pelarut nonpolar.
6. Reaksi ion
Pada reaksi senyawa ionis, ion-ion tidak tergantung pada ion pasangannya, misalnya bila NaCl dan AgNO3 (dalam larutan) dicampurkan, maka segera terbentuk endapan AgCl. Reaksi yang terjadi adalah:
 Ag+(aq) + Cl-(aq)  AgCl (s)
7. Keras, kaku dan rapuh
Referensi:
Rachel Casiday, Greg Noelken, and Regina Frey. 2008. Treating the Public Water Supply:What Is In Your Water, and How Is It Made Safe to Drink?. [online]. Tersedia: www.chemistry.wustl.edu [30 januari 2008]
Syarifudin, Nuraini. 1994. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Gadjah mada University Press

IKATAN ION

Pandangan mengenai teori ikatan ionis muncul berdasarkan berbagai fakta yang diperoleh pada eksperimen. Pada tahun 1808 Davy menemukan bahwa elektrolisis NaOH cair menghasilkan unsure Na dan O2. Pada elektrolisis berbagai senyawa, sekelompok unsur seperti O2 dan Cl2, selalu dihasilkan di anoda, sedangkan sekelompok unsur lain seperti H2, Na dan Cu siperoleh di katoda. Berdasarkan penemuan di atas, pada tahun 1812 Berzelius mengajukan hipotesis dualistic yang menyatakan bahwa dalam senyawanya atom-atom mempunyai kutub-kutub yang berlawanan tandanya, sebagai akibat kelebihan muatan listrik negative atau positif.

Teori mengenai ikatan ionis yang sampai sekarang diterima adalah yang dikemukakan oleh Kossel pada tahun 1916. Ia mengemukakan bahwa atom unsure yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau 2 elektron yang terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsure yang elektronegatif dapat menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh atom unsure yang elektropositif. Oleh Langmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima electron pada atom-atom pembentuknya, disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis dan ikatan pada senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen atau ikatan ionis. Istilah polar kadang-kadang dipergunakan juga sebagai pengganti istilah elektrovalen. Pada suhu kamar, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion-ion positif dan ion-ion negative, dengan susunan/bentuk yang teratur yang ditentukan oleh muatan dan jari-jari ion pembentuknya.
Referensi:
Sutton R, Rockett B, Swindells P. (2000). Chemistry for the life sciences. New York: Taylor & Francis Ltd
Syarifudin, Nuraini. 1994. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Gadjah mada University Press